SMARTLAPAK.COM – Fahri Hamzah Ogah Pilih Anies Lebih Mendukung Prabowo Fahri Hamzah selaku waketum partai Gelora belum lama ini blak-blakan terkait masalah pilihannya di Saat ditanya oleh awak media apakah memilih Prabowo Subianto atau memilih Anies Baswedan pada pilpres 2024. Ternyata jawabannya terbilang cukup mengagetkan di mana mantan petinggi dari partai PKS tersebut lebih memilih Prabowo Subianto ketimbang Anis Baswedan.
Fahri Hamzah ogah memilih Anis Baswedan ternyata ada sebab dan sudah dipikirkan matang olehnya sehingga ia lebih memilih menteri pertahanan Prabowo Subianto pada pilpres yang akan datang. Sehingga tidak salah, apabila belakangan ini dirinya terus menjadi perbincangan publik setelah Sentil Anies terkait permasalahan utang piutang.
Ketika ditanya di channel idn times fahri Hamzah jika menjadi pemilih maka akan memilih Prabowo atau Anies Baswedan dan selanjutnya Kata Fahri Hamzah akan memilih Prabowo.
Selanjutnya Fahri Hamzah menjelaskan apabila polemik tentang utang 50 m yang diduga dilakukan Anies Baswedan kepada sandiaga Uno beberapa waktu silam yang sempat heboh jadi trending di media sosial menurutnya diakui dalam undang-undang pemilu dan keputusan yang dibuat KPU dan Bawaslu memang tidak ada aturan yang ketat tentang aturan biaya kampanye.
“Kelonggaran tersebut ternyata banyak yang menyalahgunakan padahal sebetulnya memang kalau kita satu bangsa ini bersih dari permasalahan korupsi maka paling penting kita atur yaitu dari mana uang seseorang yang maju menjadi kontestan pada pemilu,” kata Fahri
Selanjutnya wakil ketua umum partai Gelora menegaskan perlu adanya pengaturan terkait Dana kampanye dikarenakan hal tersebut akan menjadi kunci untuk menghasilkan pemimpin yang bersih dan amanah.
“Menurut saya semuanya harus jelas kan beberapa persen yang ditanggung oleh swasta lalu berapa persen yang ditanggung pemerintah,” tambah fahri Hamzah.
Fahri Hamzah menegaskan dirinya mempunyai teori sebaiknya lebih banyak yang ditanggung oleh pemerintah dikarenakan di negara tersebut tidak boleh menjadi bagian dari kompetisi dikarenakan nantinya akan menyelinap uang ilegal dan itulah yang disoroti olehnya tentang adanya perjanjian ada dua pertama perjanjian dibuat di antara kandidat.
Menurutnya hal tersebut bukanlah sumbangan akan tetapi utang piutang dan yang paling menarik karena di dalam hutang piutang ada klausul yaitu apabila tidak menang maka uangnya dikembalikan akan tetapi jika menang maka uangnya tidak harus dikembalikan.
“Kan ada pertanyaan publik Kenapa kok kalau menang uangnya nggak dikembalikan? Justru apabila kalah uangnya malah harus dikembalikan kan harusnya terbalik kalau kalah Sebenarnya ya nggak usah dikembalikan. Alasannya kalau menangkan dia punya gaji nah ini justru yang mencurigakan yaitu karena kalau menang malah tidak dikembalikan gitu loh,” kata Fahri
Selanjutnya ia memberikan masukan apabila biaya kampanye harus dikurangi dan ditanggung oleh negara di mana menurutnya negara harus mengeluarkan biaya lebih besar supaya setiap orang mempunyai kapasitas untuk memimpin tidak harus membayar dan tidak harus berhutang apalagi jika hutangnya kepada salah satu kelompok atau sejumlah kelompok yang memang menyuplai kepada dia uang yang begitu besar dengan cara tidak transparan dikarenakan suatu hari nanti bisa datang untuk mendaki.
Yang ditakutkan olehnya, ketika seseorang menang nantinya akan minta pos menteri, minta proyek, minta izin itu dikarenakan menurutnya terdapat banyak sekali transaksi di belakang layar yang selanjutnya negara bisa dioper dari belakang layar begitu saja dan dirinya mengharapkan apabila apapun Harus Jujur dan semuanya di depan layar.